Powered By Blogger

Senin, 11 Februari 2013

Sutoori ストーリ_BAB 9_ Praba Agni Rizka Pradiptha


_ Dunia Baru dan Hal yang Tak Terduga _

Hampir lima tahun aku maupun Mekha berjalan sendiri. Diusiaku yang ke 22 tahun ini, bisa dibilang aku sudah menginjak masa dewasa. Aku sadar betul bahwa harapanku bisa bertemu daddy hanya sebuah impi belaka. Tapi, aku masih yakin takdir berjalan membawa kejutan.
3 hari lalu, Mekha datang membawa kabar. Kubaca surat terakhirnya. Ia telah kembali dari Batam. Ia telah sukses menjalankan bisnis papi-maminya.
---
Untuk Rara tersayang,

        Ini surat terakhir dariku. Kau mau tahu kenapa?. Aku akan pulang dan menikahimu.. seperti syarat yang kau berikan padaku dulu. Kau tahu sayangku.. aku berhasil mengumpulkan uang! Ayo kita buat anak kembar sebanyak-banyaknya!. Aku sudah siap menafkahi keluarga kita nanti.
          Aku sungguh merindukanmu. Tunggulah kedatanganku.. sambutlah aku dengan kasih sempurnamu itu. 12Daisuki da yo!!.

Cintamu, Mekhail.

---
Hari itu adalah hari ini. Mekha akan datang dan akan menikahiku!.  Semua keluargaku bersiap menyambut kedatangannya bersama kedua orang tuanya.
“Yee.. yang mau dipinang nih!!. Bikin iri saja deh kau, big sis.!”, Uzik menyenggol-nyenggol lenganku berulang kali.
“Apaan sih! Seperti anak kecil saja!!”, gertakku.
Uzik memonyongkan bibirnya.
“Huu~ sifatku kan lebih dewasa dibanding kamu! Jangan sebut aku seperti anak kecil...”.
Aku mengerti, maksudnya yang pantas disebut anak kecil itu aku kan!!. Dasar! Aku sudah berubah tahu!. Kami diam beberapa waktu. Dan akhirnya kembali berbicara lagi.
“Kau tahu big sis., sepertinya aku belum siap 100% melepasmu dari rumah ini!”, Uzik memulai membuka pembicaraan ini.
“Kenapa kau bilang begitu.. kau tak senang melihatku bahagia?. Bukankah sangat mustahil jika terus hidup bersama selamanya!!”, aku membalasnya.
“Bukan itu maksudku. Aku hanya merasa tak akan ada lagi hari-hari dimana kita selalu bersama dan membangun topik diskusi yang aneh-aneh”.
Aku menghampirinya dan duduk disebelahnya.
“Relakanlah aku.. kita masih bisa melakukan hobby kita yang aneh itu kok!”.
“Tapi waktu bersama kita akan berkurang. Tak akan seperti dulu...”, Uzik masih terlihat murung.
“Itu memang benar. Tak akan mungkin bisa seperti dulu. Seperti yang kukatakan tadi!. Tapi.. aku akan selalu menyisahkan waktu luang untukmu kok. Aku janji atas namamu!”, mengangkat jari telunjuk dan jari tengahku.
“Atas namaku??”, ia terlihat bingung.
Aku mengangguk mengiyakan. Kami tertawa bersama.
--- ☀☁☂ ---
Aku mengganti pakaianku dengan gaun ¾ yang ku desain sendiri. Aku pintar menggambar!! Ingat?. Gaun yang kugunakan terlihat anggun karna warnanya yang klasik dan cocok dengan warna kulitku. Malam ini kucoba menyambutnya di depan rumah. Aku keluar. Aku duduk di sebuah kursi yang terbuat dari akar pohon besar. Belum lama aku duduk di tempat ini.. kulihat sosok bayangan yang makin lama semakin terlihat besar. Bayangan itu bukan sosok makhluk halus!. Tapi, sempat aku mengira itu makhluk halus. Itu adalah sosok seorang pria yang berpostur tinggi besar sedang menghampiriku. Ia berjalan perlahan. Aku mencoba melihat wajah pria yang sedang menghampiriku itu. Namun sayang, halaman rumahku sangat gelap. Pohon-pohon besar  menjadi penghalang cahaya lampu menembus sinarnya. Semakin ia mendekat.
Hampir di jarak lima meter aku dapat melihat wajah pria itu. Wajah itu sangat ku kenal.
“Daddy..”, aku menyebutnya.
Aku lari. Ingin lekas aku memeluknya.
“How’ve you been, dad?”, aku coba menyapanya.
“Just it once?”, ia membalasnya.
“Daddy I miss you.. I miss you so much!!”, aku memeluknya erat. Aku tak mau ia pergi lagi. Ia hanya diam membiarkan tubuhnya terikat tanganku.
“Rara..”, hanya itu kata yang bisa kudengar keluar dari mulutnya saat ini.
“You think things could change between us someday?”, ia mengucapkan sebuah kalimat lagi.
Aku mendongak keatas dan sedikit merenggangkan pelukanku.
“With me.. the view never changes”, jawabku lalu memeluknya lagi.
“I get it”, daddy membalasku. Ia membiarkanku terus memeluknya. Aku melepas rindu.
Tanpa kusadari bang Faris melihatku dari belakang. Ia datang mendekat.
“Hi, child!”, daddy menyapa.
Aku berbalik menghadapnya.
“Bang Faris.. ada apa?”, aku mencoba menyakan keperluannya datang mencariku.
“Siapa pria yang kau peluk itu, Ra?”, ia balik bertanya kepadaku.
“Bagaimana abang bisa lupa.. dia daddy kita..”, aku mengatakannya.
“What you say! Who’s this jerk? Daddy!?” dengan nada keras bang Faris mengatakannya. “You’re ass!! A TOTAL ASS!!!”, bang Faris menunjuk nunjuk dada daddy.
Aku mencoba menghentikan omongan dan tindakan kasar bang Faris kepada daddy. Sayang aku tak cukup kuat. Bang Faris menghujam kepalan tangannya tepat ke bagian rahang daddy. Daddy terjatuh. Ia merintih kesakitan. Walau keadaan tempat ini rada gelap, tapi aku masih bisa melihat luka memar yang ada di rahang daddy, juga.. sedikit darah yang keluar dari lubang hidungnya dan ujung bibirnya.
“That’s enough!. Don’t do it!!”, aku berusaha melerai.
Uzik menunjukkan sosoknya. Mungkin karena sedikit mendengar keributan tadi. Kulihat ia bergegas lari menghampiri kami.
“Hey! Hey!.. chill out, OK!!”, Uzik berusaha memisahkan. Tapi, sepertinya bang Faris tetap berusaha memukul daddy. “I said chill!!! .... All right?”, Uzik mecoba melerai lagi, tapi.. kali ini suaranya sedikit agak keras dari yang sebelumnya.
Bang Faris berbalik memandang Uzik.
“Jerkoff!”, kini Uzik yang menjadi pelampiasan kemarahannya. Bang Faris mendorongnya, hingga ia terjatuh.
Aku sudah muak. Segera aku berdiri dan menghujam tubuh bang Faris. Gerakannya terhenti seketika saat melihatku melakukan itu kepadanya.
“Tolong berhentilah... Bukan hanya abang saja yang bisa merasa kesal. Tidak-kah abang tahu itu!. Tapi aku mohon.. coba pikirkan baik-baik. Dia daddy kita. Dia juga merasakan hal yang sama. Aku tahu ia pasti punya alasan karna telah meninggalkan kita. Aku yakin daddy tak bermaksud jahat ataupun tak mau bertanggung jawab atas kehidupan kita selama ini. Setiap orang pasti pasti berbuat salah. Kumohon maafkanlah daddy...”, pintaku panjang lebar. Bang Faris hanya diam membisu. Ia berlalu meninggalkan kami. Sempat aku melihat raut wajahnya yang terlihat menyesal. Aku paham itu.
--- ☀☁☂ ---
Kejadian tadi adalah hal yang tak bisa diduga. Sempat aku merasa senang karena daddy datang. Tapi, tak kusangka kedatangannya akan ditolak seperti itu oleh bang Faris. Aku mengerti sekarang.. cerita itu.. ia mengawasi kami selama ini. Sekarang ia pergi menghilang lagi..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar