Powered By Blogger

Senin, 11 Februari 2013

Sutoori ストーリ_BAB 3_ Praba Agni Rizka Pradiptha

_ SeperDua Hari _
( Bagian 2 )

        

          Cerita malam ini apa masih berlanjut?. Entahlah.
Aku hanya ingin memastikan apa mereka semua sudah tidur. Ku mulai dari kamar bunda. Kubuka pintu kamarnya secara perlahan. Ternyata bunda sudah tidur. Bang faris?. Wah, gak kaget deh kalau dia... tak perlu dilihat juga, paling-paling sudah mendengkur habis-habisan. Kalau si Uzik, gimana ya...?. Penasaran. Kalau dia belum tidur, pasti ia bisa menjadi pelengkap hari ini.
--- ☀☁☂ ---
Lolli,lolli,lollipop tic tic toc simjangun pokbal.
Sollenun mam hohupgollan wonhanung, sun modu golla.
Guji solmyongun pillyoobs, you know me.
Jaljinaenun namja T.O.P.
Wanna be rumble me narul nukkyo..
I could double D from double B.
          Girl you’re ma lollipop, oh girl you’re ma lolli lolli.
          Girl you’re ma lollipop (hey let’s get it popin’ popin’).
          Girl you’re ma lollipop, oh girl you’re ma lolli lolli.
          (Got it got it get down now, everybody just bounce). Ouwhh!..
Sambil berjalan perlahan diatas anak tangga, aku melakukan aksi rap ala T.O.P ~. T.O.P adalah rapper, beat boxer, dan pencipta lagu (salah satu anggota BIG BANG). Dia keren, tampan, suaranya juga berat (nge-bass gitu lah). Kalau mendengar suara tawanya, aku pasti ikut tertawa. Gimana bisa gak ketawa. Suara tawanya itu terdengar seperti suara tawa om-om keren, so BIG!. Oh, ya! Lagu ini berjudul `Lollipop 2`. Pastinya ada Lollipop sesi pertamanya juga. Promosi! Promosi!!.
--- ☀☁☂ ---
          Mendekati anak tangga terakhir, kuputuskan untuk tak menyanyi lagi. Ketika itu, mataku langsung terpusat pada sedikit cahaya yang keluar lewat celah samping pintu kamar Uzik. Terdengar sebuah percakapan yang samar. Ku mendekat agar bisa lebih jelas mendengar. Tak puas hanya mendengar, aku mengintip. Terlihat Uzik yang mengenakan piama bewarna biru laut kesayangannya. Wah... piama yang Uzik kenakan hari ini, motifnya sama dengan yang ku kenakan sekarang. Kebetulan yang sering terjadi pada anak kembar memang menakjubkan!, pikirku sambil senyum-senyum sendiri. Tapi siapa yang Oez-Bot ajak Bicara?. Apa Mekha?. Segera kulihat lewat celah pintu yang terbuka sedikit itu. DEG!!!, tak ada siapapun disana. Hanya Uzik. Ya... Hanya Uzik!. Uzik punya teman ghaib ya?, heranku. Kucoba melihat sekali lagi untuk memastikan yang kulihat tadi itu salah. Ternyata benar, SALAH. Di kamar Uzik memang ada Mekha. Sepertinya Mekha tadi menunduk dan mengambil sesuatu di bawah kolong tempat tidur. Momen itu terlihat seolah-olah Uzik tadi berbicara sendiri. Hah~ lega rasanya kalau itu memang salah.
          Mataku terbelalak lebar seolah tak bisa melepaskan pandangan yang tertuju pada Mekha. Mekha mengenakan piama warna putih tulang. Dia tampak seperti Near yang ada di komik serial Death Note. Ditambah lagi rambutnya yang ikal itu. Huwaah~ mirip 100. Seperti melihat 6cosplay saja. Sosok Mekha saat ini benar-benar terlihat cute `n cool. Gets!, mereka berdua seperti sedang melakukan pajama party. Seru juga, kalau aku bisa tahu apa yang sedang dibicarakan kedua bocah lelaki itu . KRIEEKK~. Suara pintu, tak sengaja terdorong lutut kakiku. Suara itu membubarkan konsen mereka berdua.
“Ngmm... ganggu ya?. (Tempo).. tapi... aku juga ingin masuk. Boleh?”.
Mereka hanya tertawa. Kupikir mereka akan langsung mengusirku, ternyata tidak. Uzik lompat dari ranjang lalu berjalan menghampiriku. Ia genggam pergelangan tangan kananku dan menuntunku seolah ia mempersilahkan aku untuk ikut gabung. Kulihat tampang Mekha yang sedang senyum tak jelas. Apa maksudnya?.
“Kita diskusi yuk!”, ajak Uzik mencoba membangun suasana yang kering ini.
“Seru, tuh! Ayoo..”, Mekha menambahkan.
Aku hanya bisa mengangguk-angguk, seperti boneka 7neko  selamat datang yang ada di toko-toko saja.
“Aku yang buka topiknya ya...”, kata Uzik menawarkan diri.
Dan lagi-lagi aku mengangguk. Ia tersenyum puas. Tapi senyumnya kali ini aneh. Melebihi keanehan senyum Mekha.
“Mekh, apa kamu pernah berciuman?”
Bah!! Apa yang terjadi pada otak adik kembarku ini. Sekarang aku tahu maksud ia senyum-senyum begitu. Topik ini adalah topik yang nyeleweng. Apa maksudnya hayo, tanya-tanya hal xxx seperti itu?.
          Mekha menggeleng kepala. Kasihan dia, raut mukanya memerah seperti pantat ayam. Uzik.. apa yang kau lakukan hah...?.
“Kenapa diam begitu? Aku hanya bercanda. Aku selalu berfikir kenapa ciuman itu istimewa?. Bukankah esensinya hanya kulit bertemu kulit?”.
“Apa”, sahutku bingung.
“Kau aneh! Tentu saja berbeda”, sandang Mekha.
“Seharusnya seperti berjabat tangan dan melakukan toss”, Uzik mencoba meyakinkan.
“(Menarik telapak tanganku dan telapak tangan Mekha) Coba deh, sekarang kalian bersalaman!”.
Kamipun bersalaman. Sejujurnya aku masih tak paham dengan apa yang dilakukannya. Maklum, IQ-ku mungkin rata-rata atau bisa jadi otak-ku yang lemot gara-gara terlalu banyak menyimpan memory tak penting.
“Nah... sekarang kalian berdua sudah resmi berciuman”, kata Uzik secara entengnya.
Dasar Uzik bodoh!!! Kau tak bisa baca raut muka kami ya?, jengkelku dalam hati.
“Yang membuatnya menjadi aneh adalah otak pikiran manusia itu sendiri. Terlalu banyak misteri tentang apa yang dipikirkan manusia. Manusia seolah selalu melebihkan sesuatu yang sebenarnya simple”, Uzik meneruskan opininya.
“Aku belum pernah memikirkan itu sebelumnya, tapi masuk akal juga..”, sahut Mekha seperti menyetujui opini si Uzik.
“Otak manusia adalah misteri yang sangat dalam~”, Uzik menambahkan.
            “Sudah cukup!. .... MESUM!!!. Otakmu itu yang terlalu sederhana”.      
“Hah?! Apa?!”, sentak Uzik kaget dengan apa yang barusan kuucapkan.
“Mesum. Kalau persepsinya seperti itu, ya jelas mesum dong~. Mana ada ciuman sama guru, abang tukang kernek, dan apalah itu!. Kata cium tercipta bukan digunakan secara umum, melainkan pada orang tertentu. Kegiatan yang dianggap Uzik mencium lebih tepatnya disebut bersentuhan secara langsung dan tak langsung. Aneh kan.. jika kita melakukan kontak fisik dengan seorang guru seperti berjabat tangan, lalu sesudah itu disebut ciuman”, jelasku panjang lebar.
          Mereka diam bersamaan. Omonganku terlalu 8nyelekit ya?. Sepertinya begitu. Raut mereka seperti menyimpan tanda tanya besar atau bisa juga rasa heran yang berlebih. Cukup lama kami bertiga diam, tanpa ucapan maupun gerak sedikitpun. Rasanya terlalu garing. Segera kucoba mengubahnya.
“Kita ganti topik saja. Gimana?”.
Mereka hanya mengangguk.
“Baik sekarang giliranku membuka topik. Topik kali tentang minuman atau bahan baku minuman”, ucapku.
“Minuman?”, tanya Mekha sedikit bingung.
“Ya. Aku dulu deh!. Ngmm.. waktu itu, aku pernah membuat kopi-susu bewarna cantik karena dicampur dengan susu strawberry. Ketika dicampur, minuman ini menghasilkan aroma yang aneh. Tapi, rasanya tetap enak kok. Tak terlalu pahit dan manis. Rasanya pas!”
“Eh?”, bingung Mekha.
“Kalau aku.. dulu pernah sih sama bang Faris bikin minuman mix seperti itu. Tapi bahannya lain. Aku dan bang Faris pernah mencampur susu sapi murni dengan teh hijau, walaupun agak pahit dan sepat tetapi rasanya enak”, kata Uzik.
“Eh??”, bingung Mekha 2x.
“Oh, ya!. Kemarin bunda juga membuat pudding dengan campuran bubuk kopi dan diisi susu kental manis rasa vanilla. Saat memakannya sekali, aku jadi ketagihan berkali-kali”, sahutku.
“Eh???”, bingung Mekha 3x.
“Mulai dari tadi kuperhatikan, kau hanya bilang Eh-Eh saja. Kau kenapa Mekh?”, tanya Uzik yang terheran-heran.
“Aa... nggak kok. Kalau aku sih pernah meminum susu basi yang aku sangka yogurt!”, katanya sambil setengah berteriak tak mau kalah.
“EH!!!”, sahutku, begitupun dengan Uzik. Kami tertawa mendengar cerita konyol Mekha. Tak kusangka ternyata dia orang yang cukup polos juga, tak bisa membedakan susu basi dan yogurt.
--- ☀☁☂ ---
          Waktu berjalan hingga dini hari. Rasa kantuk yang tadi tak terasa, kini berubah saat melihat jam dinding. Jarum jam tepat menunjuk angka 3 lebih 3 menit. Sepertinya pembicaraan ini harus dihentikan.
“Zik, aku tidur disini ya..”, pintaku.
Mata Uzik menatapku dalam-dalam. Cukup lama ia tak menjawab.
“Tapi, nanti Mekha tidur dimana?. Dia-kan tamu disini, lagi pula bang Faris juga yang ngajak Mekha menginap. Masa’ tamu diberi fasilitas yang gak nyaman kaya’ gini. Bukankah tamu itu raja?”, jawabnya setelah sekian lama diam.
          Begitu rupanya... jadi, bang Faris yang mengajak Mekha kerumah. Tapi kenapa?, pikirku tak mau berhenti.
“Biar aku tidur di kasur bawah saja”, sahut Mekha.
Sambil berkata seperti itu, Mekha mencoba merapikan dan menata alat-alat tidur.
“Ya sudah, kau tidur diranjang atas, aku dan Mekha diranjang bawah”, kata Uzik.
Segera Uzik turun ke ranjang bawah, dan aku mulai membaringkan tubuhku. Kutarik selimut hingga menutupi sebagian badan. Malam yang dingin berubah menjadi hangat. Eh, bukan!. Malam menuju pagi yang dingin menjadi hangat. Tentunya, karna momen tadi.
          Hari ini adalah hari yang penuh dengan kejadian menarik. Bagaimana dengan kejadian-kejadian di hari esok, esoknya lagi, dan esok-esoknya lagi. Hari yang mengagumkan.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar