_
SeperDua Hari _
☆ ( Bagian 2 ) ☆
Cerita malam ini apa masih
berlanjut?. Entahlah.
Aku hanya ingin
memastikan apa mereka semua sudah tidur. Ku mulai dari kamar bunda. Kubuka
pintu kamarnya secara perlahan. Ternyata bunda sudah tidur. Bang faris?. Wah,
gak kaget deh kalau dia... tak perlu dilihat juga, paling-paling sudah
mendengkur habis-habisan. Kalau si Uzik, gimana ya...?. Penasaran. Kalau dia belum
tidur, pasti ia bisa menjadi pelengkap hari ini.
--- ☀☁☂ ---
Lolli,lolli,lollipop tic tic toc simjangun pokbal.
Sollenun mam hohupgollan wonhanung, sun modu golla.
Guji solmyongun pillyoobs, you know me.
Jaljinaenun namja T.O.P.
Wanna be rumble me narul nukkyo..
I could double D from double B.
Girl
you’re ma lollipop, oh girl you’re ma lolli lolli.
Girl
you’re ma lollipop (hey let’s get it popin’ popin’).
Girl
you’re ma lollipop, oh girl you’re ma lolli lolli.
(Got it
got it get down now, everybody just bounce). Ouwhh!..
Sambil berjalan
perlahan diatas anak tangga, aku melakukan aksi rap ala T.O.P ~❤. T.O.P adalah rapper, beat boxer, dan pencipta lagu
(salah satu anggota BIG BANG). Dia keren, tampan, suaranya juga berat (nge-bass gitu lah). Kalau mendengar suara
tawanya, aku pasti ikut tertawa. Gimana
bisa gak ketawa. Suara tawanya itu terdengar seperti suara tawa om-om
keren, so BIG!. Oh, ya! Lagu ini berjudul `Lollipop
2`. Pastinya ada Lollipop sesi pertamanya juga. Promosi! Promosi!!. ◠❣◠
--- ☀☁☂ ---
Mendekati
anak tangga terakhir, kuputuskan untuk tak menyanyi lagi. Ketika itu, mataku
langsung terpusat pada sedikit cahaya yang keluar lewat celah samping pintu
kamar Uzik. Terdengar sebuah percakapan yang samar. Ku mendekat agar bisa lebih
jelas mendengar. Tak puas hanya mendengar, aku mengintip. Terlihat Uzik yang
mengenakan piama bewarna biru laut kesayangannya. Wah... piama yang Uzik kenakan hari ini, motifnya sama dengan yang ku
kenakan sekarang. Kebetulan yang sering terjadi pada anak kembar memang
menakjubkan!, pikirku sambil senyum-senyum sendiri. Tapi siapa yang Oez-Bot ajak Bicara?. Apa Mekha?. Segera kulihat
lewat celah pintu yang terbuka sedikit itu. DEG!!!, tak ada siapapun disana.
Hanya Uzik. Ya... Hanya Uzik!. Uzik punya
teman ghaib ya?, heranku. Kucoba melihat sekali lagi untuk memastikan yang
kulihat tadi itu salah. Ternyata benar, SALAH. Di kamar Uzik memang ada Mekha.
Sepertinya Mekha tadi menunduk dan mengambil sesuatu di bawah kolong tempat
tidur. Momen itu terlihat seolah-olah Uzik tadi berbicara sendiri. Hah~ lega
rasanya kalau itu memang salah.
Mataku
terbelalak lebar seolah tak bisa melepaskan pandangan yang tertuju pada Mekha.
Mekha mengenakan piama warna putih tulang. Dia tampak seperti Near yang ada di komik serial Death
Note. Ditambah lagi rambutnya yang ikal itu. Huwaah~ mirip 100%. Seperti melihat 6cosplay saja. Sosok Mekha saat ini benar-benar terlihat cute `n
cool. Gets!, mereka berdua seperti sedang
melakukan pajama party. Seru juga, kalau aku bisa tahu apa yang sedang
dibicarakan kedua bocah lelaki itu . KRIEEKK~. Suara pintu, tak sengaja terdorong
lutut kakiku. Suara itu membubarkan konsen mereka berdua.
“Ngmm... ganggu
ya?. (Tempo).. tapi... aku juga ingin masuk. Boleh?”.
Mereka hanya
tertawa. Kupikir mereka akan langsung mengusirku, ternyata tidak. Uzik lompat
dari ranjang lalu berjalan menghampiriku. Ia genggam pergelangan tangan kananku
dan menuntunku seolah ia mempersilahkan aku untuk ikut gabung. Kulihat tampang
Mekha yang sedang senyum tak jelas. Apa maksudnya?.
“Kita diskusi yuk!”,
ajak Uzik mencoba membangun suasana yang kering ini.
“Seru, tuh!
Ayoo..”, Mekha menambahkan.
Aku hanya bisa
mengangguk-angguk, seperti boneka 7neko selamat datang yang ada
di toko-toko saja.
“Aku yang buka
topiknya ya...”, kata Uzik menawarkan diri.
Dan lagi-lagi aku
mengangguk. Ia tersenyum puas. Tapi senyumnya kali ini aneh. Melebihi keanehan
senyum Mekha.
“Mekh, apa kamu
pernah berciuman?”
Bah!! Apa yang
terjadi pada otak adik kembarku ini. Sekarang aku tahu maksud ia senyum-senyum
begitu. Topik ini adalah topik yang nyeleweng.
Apa maksudnya hayo, tanya-tanya hal xxx seperti itu?.
Mekha
menggeleng kepala. Kasihan dia, raut mukanya memerah seperti pantat ayam. Uzik.. apa yang kau lakukan hah...?.
“Kenapa diam
begitu? Aku hanya bercanda. Aku selalu berfikir kenapa ciuman itu istimewa?.
Bukankah esensinya hanya kulit bertemu kulit?”.
“Apa”, sahutku
bingung.
“Kau aneh! Tentu
saja berbeda”, sandang Mekha.
“Seharusnya
seperti berjabat tangan dan melakukan toss”, Uzik mencoba meyakinkan.
“(Menarik telapak
tanganku dan telapak tangan Mekha) Coba deh, sekarang kalian bersalaman!”.
Kamipun
bersalaman. Sejujurnya aku masih tak paham dengan apa yang dilakukannya.
Maklum, IQ-ku mungkin rata-rata atau bisa jadi otak-ku yang lemot gara-gara
terlalu banyak menyimpan memory tak penting.
“Nah... sekarang
kalian berdua sudah resmi berciuman”, kata Uzik secara entengnya.
Dasar Uzik bodoh!!! Kau tak bisa baca raut muka kami ya?, jengkelku dalam hati.
“Yang membuatnya
menjadi aneh adalah otak pikiran manusia itu sendiri. Terlalu banyak misteri
tentang apa yang dipikirkan manusia. Manusia seolah selalu melebihkan sesuatu
yang sebenarnya simple”, Uzik
meneruskan opininya.
“Aku belum pernah
memikirkan itu sebelumnya, tapi masuk akal juga..”, sahut Mekha seperti
menyetujui opini si Uzik.
“Otak manusia adalah
misteri yang sangat dalam~”, Uzik menambahkan.
“Sudah
cukup!. .... MESUM!!!. Otakmu itu yang terlalu sederhana”.
“Hah?! Apa?!”,
sentak Uzik kaget dengan apa yang barusan kuucapkan.
“Mesum. Kalau
persepsinya seperti itu, ya jelas mesum dong~. Mana ada ciuman sama guru, abang
tukang kernek, dan apalah itu!. Kata cium
tercipta bukan digunakan secara umum, melainkan pada orang tertentu. Kegiatan
yang dianggap Uzik mencium lebih tepatnya disebut bersentuhan secara langsung
dan tak langsung. Aneh kan.. jika kita melakukan kontak fisik dengan seorang
guru seperti berjabat tangan, lalu sesudah itu disebut ciuman”, jelasku panjang lebar.
Mereka
diam bersamaan. Omonganku terlalu 8nyelekit ya?. Sepertinya begitu. Raut mereka seperti menyimpan
tanda tanya besar atau bisa juga rasa heran yang berlebih. Cukup lama kami
bertiga diam, tanpa ucapan maupun gerak sedikitpun. Rasanya terlalu garing.
Segera kucoba mengubahnya.
“Kita ganti topik
saja. Gimana?”.
Mereka hanya
mengangguk.
“Baik sekarang
giliranku membuka topik. Topik kali tentang minuman atau bahan baku minuman”,
ucapku.
“Minuman?”, tanya
Mekha sedikit bingung.
“Ya. Aku dulu
deh!. Ngmm.. waktu itu, aku pernah membuat kopi-susu bewarna cantik karena
dicampur dengan susu strawberry. Ketika dicampur, minuman ini menghasilkan
aroma yang aneh. Tapi, rasanya tetap enak kok. Tak terlalu pahit dan manis.
Rasanya pas!”
“Eh?”, bingung
Mekha.
“Kalau aku.. dulu
pernah sih sama bang Faris bikin minuman mix seperti itu. Tapi bahannya lain.
Aku dan bang Faris pernah mencampur susu sapi murni dengan teh hijau, walaupun
agak pahit dan sepat tetapi rasanya enak”, kata Uzik.
“Eh??”, bingung
Mekha 2x.
“Oh, ya!. Kemarin
bunda juga membuat pudding dengan campuran bubuk kopi dan diisi susu kental
manis rasa vanilla. Saat memakannya sekali, aku jadi ketagihan berkali-kali”,
sahutku.
“Eh???”, bingung
Mekha 3x.
“Mulai dari tadi
kuperhatikan, kau hanya bilang Eh-Eh
saja. Kau kenapa Mekh?”, tanya Uzik yang terheran-heran.
“Aa... nggak kok.
Kalau aku sih pernah meminum susu basi yang aku sangka yogurt!”, katanya sambil
setengah berteriak tak mau kalah.
“EH!!!”, sahutku,
begitupun dengan Uzik. Kami tertawa mendengar cerita konyol Mekha. Tak kusangka
ternyata dia orang yang cukup polos juga, tak bisa membedakan susu basi dan
yogurt.
--- ☀☁☂ ---
Waktu
berjalan hingga dini hari. Rasa kantuk yang tadi tak terasa, kini berubah saat
melihat jam dinding. Jarum jam tepat menunjuk angka 3 lebih 3 menit. Sepertinya
pembicaraan ini harus dihentikan.
“Zik, aku tidur
disini ya..”, pintaku.
Mata Uzik
menatapku dalam-dalam. Cukup lama ia tak menjawab.
“Tapi, nanti Mekha
tidur dimana?. Dia-kan tamu disini, lagi pula bang Faris juga yang ngajak Mekha
menginap. Masa’ tamu diberi fasilitas yang gak nyaman kaya’ gini. Bukankah tamu
itu raja?”, jawabnya setelah sekian lama diam.
Begitu rupanya... jadi, bang Faris yang
mengajak Mekha kerumah. Tapi kenapa?, pikirku tak mau berhenti.
“Biar aku tidur di
kasur bawah saja”, sahut Mekha.
Sambil berkata
seperti itu, Mekha mencoba merapikan dan menata alat-alat tidur.
“Ya sudah, kau
tidur diranjang atas, aku dan Mekha diranjang bawah”, kata Uzik.
Segera Uzik turun
ke ranjang bawah, dan aku mulai membaringkan tubuhku. Kutarik selimut hingga
menutupi sebagian badan. Malam yang dingin berubah menjadi hangat. Eh, bukan!.
Malam menuju pagi yang dingin menjadi hangat. Tentunya, karna momen tadi.
Hari
ini adalah hari yang penuh dengan kejadian menarik. Bagaimana dengan kejadian-kejadian
di hari esok, esoknya lagi, dan esok-esoknya lagi. Hari yang mengagumkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar