Powered By Blogger

Senin, 11 Februari 2013

Sutoori ストーリ_BAB 4_ Praba Agni Rizka Pradiptha

_ Nikahi Aku!!! _

Rahasia yang kuungkap baru-baru ini adalah...
Angin selalu berbisik setiap hari ditelinga kiriku.
Semakin kututup dan menyisahkan sedikit celah kecil untuknya...
Semakin besar ia berusaha menyampaikan sesuatu.
          Ra, aku suka kamu!, itu adalah kata yang hampir membuat jantungku copot. Kata yang tak kuduga keluar dari mulut Mekha. Sekarang kami sudah kelas XII. Tetap sekelas pula. Kenapa tak Uzik saja yang sekelas denganku.. kenapa melulu si Mekha?. Apa ini bisa disebut takdir?. Tapi, tak kusangka ia berani menyampaikan isi hatinya kepadaku.
          “Cinta adalah penyakit dan perkawinan itu sehat. Sakit dan sehat tak bisa bersatu. Aku suka yang sehat, jadi nikahi aku!!”, jawabku tanpa pikir panjang. Note: bagi yang belum pengalaman, jangan tiru jawaban ini ya~.
Itu memang prinsipku dari dulu. Aku selalu membenarkan perkataan orangtua yang selalu ada benarnya, 9ojok pacaran nek sek durung duwe bondho. Maksudnya biar tak membebani orangtua. Masa’ kebutuhan materi pacaran harus dibayarin orangtua sih!, itu mah sudah lewat dari tanggung jawab mereka. Durhaka bagi kalian yang melakukannya!. ^^
          A .. apa!! Nikahin kamu??”, jawabnya rada gugup.
Aku hanya tetap duduk di bangku-ku sambil melihatnya. Makin lama kuperhatikan, ternyata ia lucu juga. Dia bisa termakan omonganku juga rupanya. Sepertinya percakapan ini akan menjadi percakapan yang panjang. Ah!! Ini juga merupakan topik-kan?.  
“Ya.. nikahin aku. Ada masalah?”, jawabku semakin jahil.
“Ya, masalah-lah. Kita-kan masih SMA. Masa’ mau nikah sih?!”, katanya semakin gelagapan tak karuan.
“Ya tunggu sampai lulus. Kurang setahun-kan kita lulusnya?”.
“Tapi-kan aku belum sempat kerja buat nafkahin kamu nantinya...”.
“Ya, tunggu sampai dapat kerja”.
“Kalau aku gak dapat-dapat kerja trus nganggur, aku jadi gak bisa nikahin kamu dong!”, sahutnya polos.
“A?”, tanyaku singkat, terhenti.
          Dia benar-benar mau nikahin aku ya?, batinku. Kupikir ajakan yang kutawarkan padanya hanya dianggapnya guyonan saja. Rupanya dugaanku salah, ia menganggap ini sebuah tantangan untuk mendapatkan perasaanku. Walah-walah... kok jadi gini?. Cukup lama kami diam berpandangan. Kulihat bola matanya yang seolah menunggu jawaban. Aku bingung dengan apa yang akan aku lakukan.
          Lama ia berdiri didepanku. Tak bergeser sedikitpun. Tiba-tiba bel pelajaran ke 7-8 berseru. Wah, aku diselamatkan bel ini. Aku menunduk. Mekha berlalu menuju tempat duduknya. Tempat duduknya tetap dibelakangku. Waktu pelajaran, kami diam seolah tak terjadi apa-apa.
--- ☀☁☂ ---
          Waktu berhujung juga. Kini tiba saatnya kami pulang. Kurapikan semua buku yang ada di meja. Tak terasa teman-teman sekelas sudah lenyap dalam sekejap. Cepat sekali mereka.. jika mendengar bel istirahat dan bel pulang pasti cepat-cepatan! Tapi kalau bel istirahat usai, di lemotin jalannya. Tingkat keniatan mereka perlu dipertanyakan sebagai seoarang pelajar!. DASAR!!.
          Kutengok arah belakang, tempat Mekha duduk. Tak ada. Untunglah, jadi aku tak perlu memikirkan jawaban untuknya terlalu cepat. Selesai berbenah, aku pun hendak keluar kelas. Malas rasanya setiap hari membawa benda-benda berat seperti ini. Yah.. tapi inilah tuntutan seorang pelajar. Dengan perlahan kuberjalan mengikuti tiap kotak-lantai kelas. Sambil menghilangkan rasa bosan karena pelajaran yang menikam setiap detik tenaga di otak dan tangan. Mengalunkan lagu Big Bang yang berjudul `Bad boy`, bisa dibilang obat yang aku butuhkan saat ini.
Geunal bameun naega neomu sibhaesseo, niga jinjjaro tteonagal juleun mollasseo..
Naega mianhae i mal hanmadi eoryeowoseo, urin kkeutkka ji ga na seonggyaki deoreowoso..
Maldo an dwineun illo datugireul haruyedo susip beon
Neon ulmyeonseo ttwichyeonaga nan juwireul duriban,
Dasi dol-a-o-getji naeilimyeon, bunmyeong meonjeo yeonraki ogetji ichimimyeon,

Baby nan mothae, neomuna mothae, dwaeseo deo jalhae, jugosipeunde, jal andwae
Every
day and night Im so mean, cause Im so real, Im sorry (but I cant change)

Niga saranghaneun naneun sorry Im a bad boy,
Geurae charari tteona jal gayo youre a good girl,
Sigani galsurok ,nal almyeoneun alsugok, silmangman namatgetjiman,

Baby dont leave me, I know you still love me,
Wae geurae soljikhi, na malhae niga pi-lyo, hae my lay lay lay lay lady my lay lay lay lay lady
--- ☀☁☂ ---
          Sejenak langkahku terhenti. Pandanganku terpusat pada suatu obyek yang sedikit tak asing bagiku. Sepasang sepatu. Aku yang sedang menundukkan kepala karena kurang kerjaan menghitung ubin diselingi mengalunkan lagu Big Bang tadi, kini sedikit demi sedikit mendongak keatas. Kulihat tubuh jakung sempurna yang tak lain adalah Mekha.
“Kau... menungguku?”, tanyaku menduga-duga.
Rautnya terlihat bingung saat ku tanyakan itu padanya. Karakternya seperti berubah 180o dari yang pernah kukenal dulu. Seorang Mekha yang terkenal tenang dan dingin, kini sedang dilanda perasaan gelisah. Kurasa tak hanya dia yang sedang gugup sekarang. Aku disini-pun begitu. Maklumlah.. seorang amatir cinta seperti aku ini mana bisa bertindak sewajarnya. Berlagak sok pengalaman adalah tindakan yang harus kulakukan saat ini.
Lama ia tak menjawab pertanyaan yang ku lontarkan kepadanya. Sementara itu, aku coba mencari bahan omongan agar tak sepi melompong.
“Mekh.. apa kau butuh jawaban itu sekarang?. Apa karena itu kau menunggu?”, tanyaku terang-terangan.
Ia menunduk sambil melintir-lintir kedua tali tas ranselnya.
“Kau kenapa?”, kataku sambil sedikit menahan tawa melihat aksi konyolnya melintiri tali tas. Ia memandangku.
“Kau anggap aku apa?”. Kini wajahnya mendadak menjadi serius. Tak kusangka ekspresinya akan cepat berubah seperti itu. “Jujur.. aku memang membutuhkan jawaban itu sekarang. Kau tahu, Ra? Aku tak suka menunggu. Itu membuatku merasa tak nyaman”, Mekha meneruskan kata-katanya.
Aku semakin merasa aneh. Jujur, aku-pun tak suka momen-momen seperti ini. Suasana canggung yang tercipta.. ah!! Apalah itu!. Itu semua membuatku sulit mengatur nafas. Tapi.. sejak kapan dia panggil aku Ra?. Bukankah selama ini dia selalu memanggilku dengan julukan yang ia buat sendiri.. `Mor-Bot`!?.
          Kuberanikan diri memberinya sebuah jawaban, “10Watashi mo.. suki desu!”. Dahinya mengkerut, menandakan rasa bingung yang berlebih.
“....Mmm.. maaf, kamu ngomong apa sih, Ra?. Gak semua kata dalam bahasa Jepang bisa aku mengerti loh!. Kau tahu sendiri, nilai bahasa Jepangku pas-pasan”, balasnya. Wajah seriusnya semakin memudar. Aku sempat merasa lega. Kutarik nafas dalam-dalam dan perlahan membuangnya. Aku maju tiga langkah. Kini aku berada tepat didepan tubuhnya. Kuangkat wajahku keatas lalu memandang matanya secara mendalam. 1 detik.. 3 detik.. 6 detik.. 7detik.. GETS!!, wajahnya mulai memerah. Aku cukup agresif juga rupanya, batinku dalam hati. Perlahan wajahku semakin mendekati wajahnya. Mata Mekha rada terbelalak lebar saat ku coba mendekati wajahnya.
“Apa yang mau kau lakukan, Ra?”, Mekha menggaruk-garuk kepalanya sambil memasang senyum aneh.
Sepertinya ia salah sangka. Sebenarnya, aku hanya ingin memberi sebuah jawaban yang ditunggu-tunggunya itu.
“Aku juga.. suka kamu”, bisikku.
Aku mundur beberapa langkah ke tempat asal. Mekha terlihat kaku, seperti tak menyangka bahwa itu memang terjadi. “Tapi, kita tak bisa pacaran dulu..”, terusku. Mekha sentak kaget mendengar perkataanku barusan.
“Kenapa?”, tanyanya masih bingung.
Segera kujelaskan alasanku mengatakan itu.
“Pacaran-kan penyakit. Lebih baik nikahin aku saja langsung!, ahaha... just kiddin’ with ya. Ngmm.. gini, kita kan sekarang sudah kelas-3, sebentar lagi pasti banyak bimbel buat persiapan ujian mendatang. Lebih baik kita fokuskan dulu semua pada hal yang berbau materi pelajaran. Kalau hal-hal yang seperti itu-kan bisa ditunda dulu!”, jelasku panjang lebar. Dan sekali lagi, ia hanya memandangku.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar