Powered By Blogger

Senin, 11 Februari 2013

Sutoori ストーリ_BAB 5 Praba Agni Rizka Pradiptha


_ Boy Friend _

          Sepertinya pertemuan ini sudah takdir, bahkan pembicaraan kami bisa mengalir lancar...
--- ☀☁☂ ---
          Kilau emas cahaya matahari sore yang serasa menusuk mata, membuat gerak reflekku bekerja sempurna. Kuangkat tangan kananku. Menempatkan punggung telapak tangan, agar bisa menghalangi cahaya masuk ke mata adalah tindakan yang kuanggap tepat. Aku mengajaknya pindah posisi. Itu semua kulakukan agar kedua mataku tak menyerngit sipit ketika sinar itu menghujamku untuk kedua kalinya.
          Masih berada di sekitar halaman depan kelas. Meskipun ini sudah bisa dianggap sebagai bahan omongan yang lumayan memakan waktu.. tapi, aku masih merasakan suasana canggung yang terus menyelubungi kami. Seorang amatir cinta tetaplah amatir. Aku tak bisa membohongi diri lagi. Rasanya aku ingin cepat kabur dan mencari tempat yang sepi dipojokan. Keringat dingin perlahan menetes-netes memenuhi dahiku. Ujung poniku menjadi lepek. Setetes keringat memaksa keluar dari poni yang menahannya. Beberapa detik setelah itu, keringat itu akhirnya meluncur cepat melewati bagian atas hidungku. Mekha memandangku tajam, aku pun membalasnya.
“Ada apa?”, tanyaku.
“Kita pulang bareng lagi yuk!!”, ajaknya.
Mungkin ia sadar, aku mulai merasa tak nyaman disini. Lagi pula ini memang waktunya pulang. Tak pantas juga berdua-duaan di sekolah terlalu lama. Ini di Indonesia! Bukan di Jepang yang murid SMA-nya biasa pulang malam. Jangankan pulang malam.. pulang hampir waktu maghrib saja, tubuh berbalut seragam ini serasa dilihat berpuluh-pasang mata yang mencekam.
--- ☀☁☂ ---
          Di malam yang hening ini, aku duduk bersandar di belakang pintu kamar. Sementara itu, kupandang lurus keluar jendela dan melihat awan kelam yang tipis melewati sang bulan.
“Bulan purnama ya?”, kataku lirih.
Hal yang sering aku lakukan saat bulan purnama menunjukkan sosok menawannya adalah.. memandanginya secara jeli. Itu yang sering aku lakukan bersama Uzik saat masih kecil. Berimajinasi.. seperti melihat sesosok perempuan bergaun anggun sedang mengajar beberapa anak kecil.
          Sempat lamunanku terbuyar seketika saat aku mengingat kejadian tadi sore. Tak kusangka, dia benar-benar bocah lelaki yang mengagumkan. Memiliki perpaduan antara karakter yang misterius dan karakter yang sulit aku jelaskan. Aku tak habis pikir.. apakah semua lelaki memiliki wajah yang berubah-ubah begitu?. Tanyaku semakin menjadi-jadi. Terlebih lagi aku adalah seseorang yang selalu penasaran dengan segala sesuatu yang belum aku ketahui secara pasti.
Oh Tuhan... benarkah ini memang terjadi? Benarkah harus secepat ini?”, aku mengatakannya dengan nada yang rendah agar tak terdengar siapapun.
Baru kali ini aku merasa gelisah yang teramat sangat karena terus memikirkan Mekha. Kenapa cinta bisa serumit ini? Apa yang namanya cinta harus melulu memikirkan sang pujaan hati?. Berfikir seperti itu saja, aku sudah merasa pusing ratusan keliling. Apakah tindakan menjadikan Mekha sebagai pacar adalah hal yang tepat kulakukan saat ini?. Meskipun aku masih memegang prinsip konyol itu?!. 
          Aku hanya seorang remaja yang labil...










Tidak ada komentar:

Posting Komentar