Powered By Blogger

Senin, 11 Februari 2013

Sutoori ストーリ_BAB 1_ Praba Agni Rizka Pradiptha


_ Topik Sempurna di Hari Rabu _

          Segala hal di dunia ini adalah nyata. Itu memang sudah hukumnya. Kata segelintir orang.. hidup di dunia nyata itu membosankan. Aku sependapat. Selama ini aku hidup dalam bayang imajinasi saja. Menurutku itu lebih menyenangkan. Di lain sisi aku gadis yang dingin. Itu kata orang!. Kesannya terlihat sombong ya?. Padahal aku tak kenal diriku sendiri.. tapi, entah mengapa mereka seolah mengenal pribadiku melebihi ku?.---
Pertama. Namaku Namorara. Diriku adalah seorang pelajar Sekolah Menengah Atas . Aku biasa dipanggil Rara. Julukanku, `Mor-Bot`. Mekha, dia adalah teman sekelasku sekaligus seseorang yang memberi julukan itu padaku. Tak hanya kepadaku saja julukan itu diberikan. Dia juga selalu membuat julukan aneh sesuai karakter yang dimiliki tiap temannya. Kutanya mengapa dia beri julukan itu padaku.. eh, dia malah bilang,”Kau itu kaku seperti robot!!. Bahkan menurutku kau lebih kaku dari robot... More Bot~. Begitu dingin”. Hah?! yang benar saja!. Kenapa dia sampai bisa berfikir seperti itu tentangku? Aku bukan orang yang dingin kok!. LUPAKAN!. Tapi, kurasa tak ada salahnya mempunyai dua nama.
          Kedua. ARSIP.. itu adalah julukan untuk kelas kami. Julukan itu juga dibuat oleh Mekha. ARSIP singkatan dari 1Areg Sewelas IPA Papat. Ck!, ada-ada saja anak itu. Mekha termasuk anak yang aktif disekolah. Dia mengikuti berbagai aktifitas organisasi sekolah. Dia memiliki karakter yang sulit dipahami, lucu, dan pintar. Namanya mungkin seperti nama anak perempuan, tapi dia adalah sosok anak yang lumayan tampan diantara siswa lainnya. Ya, dia adalah seorang laki-laki. Terkadang dia bisa menjadi anak yang menyebalkan. Dan aku tak suka itu. Menurutku.. dia itu tak jauh beda denganku. Dia ANEH. Dalam tanda kutip aneh yang berbeda bentuk.
          Ketiga. Hal yang paling kusukai adalah berdiskusi hal-hal menarik mulai dari topik yang simpel hingga topik yang sulit. Percakapan-percakapan sepele ini  mungkin tidak terpikirkan oleh sebagian besar orang. Bisa dibilang itu hobby yang super duper aneh. Seorang teman yang mau menemaniku berdiskusi tentang hal-hal seperti itu hanya 2Oez-Bot seorang. Sebenarnya dia bernama Uzik. Lengkapnya..Nasuzik. Karena dia memiliki karakter yang hampir sama denganku, maka dari itu Mekha memberinya sebuah julukan yang hampir mirip denganku. Dan.. tentu saja karena dia adik kembarku J.
          Kembali ke hari ini, tepatnya hari Rabu. Saat ini aku sedang menyiapkan topik untuk bahan diskusi nanti. Tak sabar rasanya ingin memulai membicarakan topik itu. Tapi disini, aku masih menunggu kedatangan si Uzik. Selagi menunggu, aku membaca beberapa buku meteri Bahasa Jepang. Tak berapa lama Uzik memunculkan kepalanya di samping pintu perpustakaan sekolah. Dia berusaha mencari sosokku. Ku acungkan tangan dan memberinya isyarat agar dia dapat melihatku. Dengan segera dia menghampiriku diikuti lari kecil-nya.
“YO! Whats up Girl!”, sapanya sambil menepuk bahu kiri-ku.
“Ssstt.. kau terlalu keras. Kita keluar saja!”, ajak-ku.
Kami bergegas pergi keluar. Kutaruh buku yang kupegang.
“ Kau mau pilih tempat diskusi dimana Zik?”.
“Terserah kau saja”, jawabnya ringan.
Aku berjalan menuruni tangga diikuti Uzik, sambil berfikir mencari tempat yang tenang untuk diskusi hari ini. Beberapa langkah sebelum sampai di anak tangga terakhir, aku memutuskan untuk pergi ke taman sekolah. Kupilih tempat itu karena area-nya yang tenang dan rindang. Sesampainya di taman ---
“Eh, Zik!. Aku lagi bayangin sesuatu nih ~“.
Sesuatu-nya Syahrini ya? J”.
Kau ini.. diajak ngomong serius malah bercanda. Beneran nih..“.
“Iya-iya. Tema hari ini apa dulu?”.
“Sekarang sih aku ingin ngomong soal rengkarnasi para ilmuan. Coba deh pikir!. Gimana kalau sekarang ini berdiri suatu organisasi yang sedang mempelajari tentang para jenius, misalnya Enstein, Galileo, Tesla dan kawan-kawan. Ngmm.. aku mikirnya tuh, gimana kalau mereka ada saat ini?. Apakah mereka akan membuat dunia lebih baik?. Atau.. jika itu terdengar mustahil, bagimana jika organisasi itu menciptakan dan merekrut anak-anak muda yang jenius, seperti titisan para ilmuan yang jenius itu mungkin!?“.
          Kulihat tampang Uzik yang terheran-heran dengan imajinasi yang aku bayangkan. Sebuah imajinasi yang jika akan menjadi sebuah kenyataan.. Entahlah, aku pribadi tak dapat membayangkannya!.
“Imajinasimu menarik big sis.!. Aku sampai khusuk membayangkannya. Boleh aku tambahin?”.
3Hai,douzo“.
“Begini, disini kita buat dulu suatu organisasi itu memiliki sebuah anggapan bahwa, yang terpenting dari para jenius adalah otak dan kecerdasannya. Maka dari itu mereka harus mencoba mencari jalan keluar termudah untuk menemukan kandidat para ilmuan masa lalu. Mungkin.. mereka dapat membuat suatu game/quiz rahasia yang hanya diedarkan untuk anak-anak dibawah usia 17 tahun. Terus isinya bisa berupa tentang Puzzle; soal-soal logic; lateral; dan sebagainya. Terakhir, bagi anak-anak yang memainkannya dan bisa menyelesaikan semua level akan direkrut dan dilatih secara langsung oleh organisasi tersebut“.
“Kau memang seorang brother yang enak buat diajak ngomong ya...
Cerita tambahanmu menarik. Kau tahu Zik, arus cerita di otakku semakin mengalir. Setidaknya aku ingin menambahkan tambahan jalan cerita dari topik aku buat hari ini. Umm.. untuk lebih mudahnya game itu harus disesuaikan dengan kepribadian dan kecerdasan para ilmuan jenius dimasa lalu. Jika suatu organisasi tersebut mengapload game itu di Internet, itu akan lebih baik. Dengan begitu, game tersebut akan bisa dimainkan oleh siapapun untuk mengetahui user yang memiliki otak secocok mungkin dengan para jenius. Selanjutnya, kandidat yang telah dipilih akan diberi suatu gelar dan di tempatkan di sebuah kelas khusus yang disebut Brain Box ”.
“Eh! Tapi kok dinamain Brain Box?. Maksudnya?”.
“Ya.. buat saja seolah-olah itu misi mereka. Disana mereka disiapkan menjadi para pemikir masa depan dengan metode unik yang kemudian akan diadu kembali untuk mengetahui siapa di antara mereka yang memiliki otak paling jenius. Seseorang yang jenius otaknya tidak boleh berada dalam kotak, harus berfikir bebas. Mungkin itu bisa dijadikan salah satu ideologi bagi mereka“.
“Kau tahu big sis.!. Aku tak habis pikir, aku rasa topik kita kali ini adalah topik yang sangat sempurna. Mungkin imajinasi kita tadi bisa dijadikan suatu bahan mentah cerita yang menarik. A! Kita jual saja ke para komikus!“.
          Ku pandang raut Uzik yang bercampur-aduk. Sepertinya dia menikmati topik yang aku bangun tadi. Aku tersenyum melihatnya begitu senang. Ia tersenyum membalasku.
--- ☀☁☂ ---
          Kami putuskan untuk menghentikan topik di hari rabu ini. Sungguh sangat disayangkan, padahal kami masih ingin melanjutkannya. Tapi, apa boleh buat, bel istirahat terakhir telah berseru memanggil kami untuk segera masuk melanjutkan pelajaran berikutnya.
          Pelajaran jam terakhir dimulai. Mapel Bahasa Indonesia. Pelajaran ini dibuka dengan ucapan salam ke guru pembimbing. Bu Eva namanya. Semua siswa terlihat lesu. Mungkin akibat terlalu banyak makan saat istirahat tadi.. atau karena faktor waktu dan cuaca???. Entahlah. Yang jelas saat ku lihat tampang mereka semua, aku jadi ingin tertawa sendiri. Kucoba menahan diri. Kali ini Bu Eva menerangkan tentang materi drama. Lama-kelamaan aku tak begitu konsen mendengar. Mungkin saja.. aku tertular para temanku yang mengantuk. Hah?! Alasan apa itu?. Agar tetap sadar kucoba kedipkan mataku tiga kali secara bertahab. Hasilnya, tetap saja tak bisa. Aaa.. mungkin mataku dibuat ayunan sama setan, pikirku. Itu aneh! Jelas saja tak mungkin.
“Hei! Kau ngantuk Mor-Bot? “, Tanya Mekha yang duduk di belakangku.
“Hah? Sedikit. Tak usah perdulikan!”, jawabku lunglai.
Setelah beberapa detik aku membalikkan tubuh, akhirnya aku tak sadarkan diri. Ya begitulah, aku telah pergi ke dunia mimpi. Sempat aku merasa gerakan Mekha yang samar mencoba membangunkanku. Ia menendang kursi yang aku duduki berulang kali. Hasilnya, tetap saja aku tak sadar. Namun, saat Mekha memberi satu tendangan full terakhirnya, seketika itu aku tersentak dari tidurku yang singkat. Untung saja Bu Eva tak menyadarinya. Dengan cepat aku menoleh ke belakang diiringi tatapan jengkel.
“Apa-apaan sih kau Mekh!?“
“Ahahaha.. Lihat tampangmu! Aneh tahu~“.
          Mataku menatapnya tajam. Rasa jengkelku meluap-luap. Apalagi saat melihat senyumnya yang enteng begitu. Ingin sekali aku tarik semua bagian wajahnya. Biarlah.. biarlah mukanya tak berbentuk agar senyumannya tak begitu jelas terlihat!. Karna senyumnya terkesan mengejekku. Kucoba meredam dan tak memperlihatkan rasa kesalku padanya. Senyum kaku-pun keluar dari kedua bibirku yang terpaksa merekah.
“ Heh.. kalian! Jangan ramai. Dengarkan saya kalau sedang ngomong !. Kalau sampai kalian gak tau meteri hari ini.. saya gak mau tahu! Saya gak bakal jelasin lagi. PAHAM?“, Bu Eva yang sedang meraung-raung. Wajahnya yang putih kemerahan akibat salah menggunakan jenis make-up, nampak semakin merah karena marah.
“ Ya, Bu“, timpal kami kaget, sambil menundukkan kepala. Tentu saja kami takut melihat wajah Bu Eva yang sedang marah begitu.
Bu Eva melanjutkan bahasan materi hari ini. Waktu pun terus berjalan. Hingga bel sekolah meraung-raung menandakan akhir dari kegiatan belajar-mengajar hari ini. Tak hanya Bu Eva dan bel sekolah yang meraung-raung. Perutku pun nampak meraung-raung karena laparnya. Aku baru ingat, mulai pagi tadi hingga sekarang aku belum makan sama sekali. Mungkin itu salah satu penyebab aku merasa mengantuk tadi. Lengkap sudah hari ini. Hari yang penuh dengan raungan.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar