_ Topik
Sempurna di Hari Rabu _
Segala
hal di dunia ini adalah nyata. Itu memang sudah
hukumnya. Kata segelintir orang.. hidup di dunia nyata itu membosankan. Aku
sependapat. Selama ini aku hidup dalam bayang imajinasi saja. Menurutku itu
lebih menyenangkan. Di lain sisi aku gadis yang dingin. Itu kata orang!.
Kesannya terlihat sombong ya?. Padahal aku tak kenal diriku sendiri.. tapi,
entah mengapa mereka seolah mengenal pribadiku melebihi ku?.---
Pertama. Namaku Namorara.
Diriku adalah seorang pelajar Sekolah Menengah Atas . Aku biasa dipanggil Rara. Julukanku, `Mor-Bot`. Mekha, dia adalah teman sekelasku sekaligus seseorang yang
memberi julukan itu padaku. Tak
hanya kepadaku saja julukan itu diberikan. Dia
juga selalu membuat julukan aneh sesuai karakter yang dimiliki tiap temannya.
Kutanya mengapa dia beri
julukan itu padaku.. eh, dia malah bilang,”Kau itu kaku seperti robot!!. Bahkan
menurutku kau lebih kaku dari robot... More
Bot~. Begitu dingin”.
Hah?! yang benar saja!. Kenapa dia sampai bisa berfikir seperti itu tentangku? Aku bukan orang yang dingin kok!.
LUPAKAN!.
Tapi, kurasa
tak ada salahnya mempunyai dua nama.
Kedua.
ARSIP.. itu adalah julukan untuk
kelas kami. Julukan itu juga dibuat oleh Mekha. ARSIP singkatan dari 1Areg Sewelas IPA Papat. Ck!, ada-ada
saja anak itu. Mekha termasuk anak yang aktif disekolah. Dia mengikuti berbagai
aktifitas organisasi sekolah. Dia memiliki
karakter yang sulit dipahami, lucu, dan pintar. Namanya
mungkin seperti nama anak perempuan, tapi dia adalah sosok anak yang lumayan tampan diantara siswa lainnya. Ya,
dia adalah seorang laki-laki. Terkadang dia bisa menjadi anak yang menyebalkan.
Dan aku tak suka itu. Menurutku.. dia itu tak jauh beda denganku. Dia ANEH.
Dalam tanda kutip aneh yang berbeda bentuk.
Ketiga.
Hal yang paling kusukai adalah berdiskusi hal-hal menarik mulai dari topik yang
simpel hingga topik yang sulit. Percakapan-percakapan
sepele ini mungkin
tidak terpikirkan oleh sebagian besar orang. Bisa dibilang itu hobby yang super duper aneh. Seorang teman yang mau
menemaniku berdiskusi tentang hal-hal seperti itu hanya 2Oez-Bot
seorang. Sebenarnya dia bernama Uzik.
Lengkapnya..Nasuzik. Karena
dia memiliki karakter yang hampir sama denganku, maka dari itu Mekha memberinya sebuah julukan yang hampir mirip denganku. Dan.. tentu saja karena dia adik kembarku J.
Kembali
ke hari ini, tepatnya hari Rabu. Saat ini aku sedang menyiapkan topik untuk
bahan diskusi nanti. Tak sabar
rasanya ingin memulai membicarakan topik itu. Tapi disini, aku masih menunggu
kedatangan si Uzik.
Selagi menunggu, aku membaca beberapa buku meteri Bahasa Jepang. Tak berapa
lama Uzik memunculkan kepalanya di
samping pintu perpustakaan sekolah. Dia berusaha mencari sosokku. Ku acungkan
tangan dan memberinya isyarat agar dia dapat melihatku. Dengan segera dia
menghampiriku diikuti lari kecil-nya.
“YO! What’s up Girl!”, sapanya sambil menepuk
bahu kiri-ku.
“Ssstt.. kau terlalu keras.
Kita keluar saja!”, ajak-ku.
Kami bergegas pergi keluar.
Kutaruh buku yang kupegang.
“ Kau mau pilih tempat
diskusi dimana Zik?”.
“Terserah kau saja”,
jawabnya ringan.
Aku berjalan menuruni
tangga diikuti Uzik,
sambil berfikir mencari tempat yang tenang untuk diskusi hari ini. Beberapa
langkah sebelum sampai di anak tangga terakhir, aku memutuskan untuk pergi ke
taman sekolah. Kupilih tempat itu karena area-nya yang tenang dan rindang. Sesampainya
di taman ---
“Eh, Zik!. Aku lagi bayangin
sesuatu nih ~“.
“Sesuatu-nya Syahrini ya? J”.
“Kau
ini.. diajak ngomong serius malah bercanda. Beneran nih..“.
“Iya-iya. Tema hari ini apa dulu?”.
“Sekarang sih aku ingin
ngomong soal rengkarnasi para ilmuan. Coba deh pikir!.
Gimana kalau sekarang ini berdiri suatu organisasi yang sedang mempelajari
tentang para jenius, misalnya Enstein, Galileo, Tesla dan kawan-kawan. Ngmm..
aku mikirnya tuh, gimana kalau mereka ada saat ini?. Apakah mereka akan membuat
dunia lebih baik?. Atau.. jika itu terdengar
mustahil, bagimana jika organisasi itu menciptakan dan merekrut anak-anak muda
yang jenius, seperti titisan para
ilmuan yang jenius itu mungkin!?“.
Kulihat
tampang Uzik yang terheran-heran dengan
imajinasi yang aku bayangkan. Sebuah imajinasi yang jika akan menjadi sebuah
kenyataan.. Entahlah, aku pribadi tak dapat
membayangkannya!.
“Imajinasimu menarik big sis.!. Aku sampai khusuk membayangkannya. Boleh aku
tambahin?”.
“3Hai,douzo“.
“Begini, disini kita buat
dulu suatu organisasi itu memiliki sebuah anggapan bahwa, yang terpenting dari para jenius adalah otak dan kecerdasannya.
Maka dari itu mereka harus mencoba mencari jalan keluar termudah untuk
menemukan kandidat para ilmuan masa lalu. Mungkin.. mereka dapat membuat suatu
game/quiz rahasia yang hanya diedarkan untuk
anak-anak dibawah usia 17 tahun. Terus isinya bisa berupa tentang Puzzle;
soal-soal logic; lateral; dan sebagainya. Terakhir,
bagi anak-anak yang memainkannya dan bisa menyelesaikan semua level akan
direkrut dan dilatih secara langsung oleh organisasi tersebut“.
“Kau memang seorang brother
yang enak buat diajak ngomong ya...
Cerita tambahanmu menarik. Kau tahu Zik, arus cerita di otakku
semakin mengalir. Setidaknya aku ingin menambahkan tambahan jalan cerita dari
topik aku buat hari ini. Umm..
untuk lebih mudahnya game itu harus disesuaikan dengan kepribadian dan
kecerdasan para ilmuan jenius dimasa lalu. Jika suatu organisasi tersebut mengapload game itu di
Internet, itu
akan lebih baik. Dengan begitu, game tersebut akan bisa dimainkan oleh siapapun
untuk mengetahui user yang memiliki otak secocok mungkin dengan para jenius.
Selanjutnya, kandidat yang telah dipilih akan diberi suatu gelar dan di
tempatkan di sebuah kelas khusus yang disebut Brain Box ”.
“Eh! Tapi kok dinamain Brain Box?. Maksudnya?”.
“Ya.. buat saja seolah-olah
itu misi mereka. Disana mereka disiapkan menjadi para pemikir masa depan dengan
metode unik yang kemudian akan diadu kembali untuk mengetahui siapa di antara
mereka yang memiliki otak paling jenius. Seseorang
yang jenius otaknya tidak boleh berada dalam kotak, harus berfikir bebas. Mungkin
itu bisa dijadikan salah satu ideologi bagi mereka“.
“Kau tahu big sis.!. Aku tak habis pikir, aku
rasa topik kita kali ini adalah topik yang sangat sempurna. Mungkin imajinasi
kita tadi bisa
dijadikan suatu bahan mentah
cerita yang menarik. A! Kita jual saja ke
para komikus!“.
Ku pandang raut Uzik yang bercampur-aduk.
Sepertinya dia menikmati topik yang aku bangun tadi. Aku tersenyum melihatnya
begitu senang. Ia tersenyum membalasku.
--- ☀☁☂ ---
Kami putuskan untuk menghentikan
topik di hari rabu ini. Sungguh sangat disayangkan, padahal kami masih ingin
melanjutkannya. Tapi, apa boleh buat, bel istirahat terakhir telah berseru
memanggil kami untuk segera masuk melanjutkan pelajaran berikutnya.
Pelajaran
jam terakhir dimulai. Mapel Bahasa
Indonesia. Pelajaran ini dibuka dengan ucapan salam ke guru pembimbing. Bu Eva
namanya. Semua siswa terlihat lesu. Mungkin akibat terlalu banyak makan saat
istirahat tadi.. atau karena faktor waktu dan cuaca???. Entahlah. Yang jelas saat ku lihat
tampang mereka semua, aku jadi ingin tertawa
sendiri.
Kucoba menahan diri. Kali ini Bu Eva menerangkan tentang materi
drama. Lama-kelamaan aku tak begitu konsen mendengar. Mungkin saja.. aku tertular para temanku
yang mengantuk. Hah?! Alasan apa itu?. Agar tetap sadar kucoba kedipkan mataku
tiga kali secara bertahab. Hasilnya, tetap saja tak bisa. Aaa.. mungkin mataku dibuat ayunan sama setan, pikirku. Itu aneh!
Jelas saja tak mungkin.
“Hei! Kau ngantuk Mor-Bot? “, Tanya Mekha yang
duduk di belakangku.
“Hah? Sedikit. Tak usah
perdulikan!”, jawabku lunglai.
Setelah beberapa detik aku
membalikkan tubuh, akhirnya aku tak sadarkan diri. Ya begitulah, aku telah
pergi ke dunia mimpi. Sempat aku merasa
gerakan Mekha yang
samar mencoba membangunkanku. Ia menendang kursi yang aku
duduki berulang kali. Hasilnya, tetap
saja aku tak sadar. Namun, saat Mekha memberi satu
tendangan full terakhirnya, seketika itu aku tersentak dari
tidurku yang singkat. Untung saja Bu Eva tak menyadarinya. Dengan cepat aku
menoleh ke belakang diiringi
tatapan jengkel.
“Apa-apaan sih kau Mekh!?“
“Ahahaha.. Lihat tampangmu!
Aneh tahu~“.
Mataku
menatapnya tajam. Rasa jengkelku meluap-luap. Apalagi saat melihat senyumnya
yang enteng begitu. Ingin sekali aku tarik semua bagian wajahnya. Biarlah..
biarlah mukanya tak berbentuk agar senyumannya tak begitu jelas terlihat!. Karna
senyumnya terkesan mengejekku. Kucoba meredam dan tak memperlihatkan rasa
kesalku padanya. Senyum kaku-pun keluar dari kedua bibirku yang terpaksa
merekah.
“ Heh.. kalian! Jangan
ramai. Dengarkan saya kalau sedang ngomong !. Kalau sampai kalian gak tau
meteri hari ini.. saya gak mau tahu! Saya gak bakal jelasin lagi. PAHAM?“, Bu
Eva yang sedang meraung-raung. Wajahnya yang
putih kemerahan akibat salah menggunakan jenis make-up, nampak semakin merah karena marah.
“ Ya, Bu“, timpal kami kaget, sambil menundukkan kepala.
Tentu saja kami takut melihat wajah Bu Eva yang sedang marah begitu.
Bu Eva melanjutkan bahasan
materi hari ini. Waktu pun terus berjalan. Hingga bel sekolah meraung-raung
menandakan akhir dari kegiatan belajar-mengajar hari ini. Tak hanya Bu Eva dan
bel sekolah yang meraung-raung. Perutku pun nampak meraung-raung karena
laparnya. Aku baru ingat, mulai pagi tadi hingga sekarang aku belum makan sama
sekali. Mungkin itu salah satu penyebab aku merasa mengantuk tadi. Lengkap
sudah hari ini. Hari yang penuh dengan raungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar